logo

Dispertan Kab. Madiun, Rehabilitasi Kakao’ Baru

Selasa, 20 April 2021

Terlihat seorang petani memetik kakao yang rusak akibat hama yang menyerang diperkebunan miliknya.

MADIUN – Petani tanaman kakao (Theobroma cacao) atau coklat dilereng Pegunungan Wilis, Kabupaten Madiun, Jawa Timur terus mengeluhkan adanya serangan berbagai jenis hama diperkebunan miliknya. Peristiwa serangan hama itu, juga dapat menyebabkan menurunnya hasil produksi kakao petani di daerah tersebut. Sehingga dari waktu ke waktu, banyak petani kakao lambat laut beralih ke komoditas lain seperti tanaman porang maupun buah durian.

Sementara tanaman kakao yang sudah ada diperkebunan petani, dianggap dapat mengganggu tanaman lain yang dinilai berekonomis tinggi. Akibatnya tanaman kakao yang ada dimusnahkan, bahkan lahan-lahan tersebut diganti dengan tanaman komoditas lain. “Memang dua jenis tanaman ini, hasil panennya ditingkat pasaran nasional berekonomis tinggi. Ditambah minimnya perhatian pihak terkait, khususnya dalam mengatasi permasalahan hama hingga harga komoditas kakao ditingkat petani yang masih rendah,” kata Sugito, ketua Pengelola Rumah Coklat saat dihubungi Press Photo Tourism, Senin 12 April 2021.

Menanggapi kejadian turunnya hasil produksi kakao di tingkat petani lereng Pegunungan Wilis, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun yakni Dinas Pertanian dan Perikanan (Dispertan) Kabupaten Madiun melalui Plt. (saat itu) Bidang Perkebunan yakni Parna, SP mengungkapkan bahwa hal itu disebabkan oleh berbagai faktor yang ada dilapangan.

Dijelaskan Kabupaten Madiun ini merupakan daerah penghasil kakao di Provinsi Jawa Timur, yang mana Kabupaten Madiun mempunyai tananam kakao seluas 12.071 hektar dengan jumlah produksi sebanyak 881 ton. Namun produksi ini, telah mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun sebelumnya, bahwa produksi kakao petani Kabupaten Madiun bisa mencapai 1.000 ton lebih. “Sedangkan penurunan produksi kakao ini disebabkan petani kita, sementara perhatianya sudah tercurahkan kepada komoditas lain yang dirasa punya nilai ekonomis tingggi. Petani kita, sekarang perhatianya ke tanaman porang. Kurang perhatian dari petani, juga mengakibatkan tanaman kakao kita tidak dilakukan pemangkasan. Sehingga tananam kakao kita menjadi rimbun,” ujarnya.

Dari akibat itulah, lanjut dia, hama tupai serta hama-hama lainnya senang bersarang disana (pohon kakao). Kemudian tanpa adanya pemangkasan, juga tanaman kakao kita kurang bisa menghasilkan. “Intinya tanaman kakao itu, harus dipangkas biar hasil panennya bisa maksimal,” jelasnya.

Menurut Parna, bahwa aktivitas atau kegiatan semacam itu sering kali diabaikan oleh sejumlah petani kakao di Kabupaten Madiun. Kemudian selain hama tupai, juga ada hama helopeltis. “Hama-hama inilah yang menyerang buah kakao kita. Oleh karena itu, harus dilakukan pembrongsongan dengan kantung plastik pada saat buah kakao masih muda sebelum ada serangan. Tapi itupun juga banyak terabaikan, sehingga dua hal tersebutlah di atas yang menjadi pemicu turunya produksi kakao kita,” ungkapnya.

Ia kembali menguraikan selain serangan hama juga kurangnya perhatian serius, sehingga pemupukan tidak dilakukan secara berkala. Hal itupun, juga yang menyebabkan menurunnya produksi kakao kita. Kemudian langkah-langkah yang diambil oleh dinas yakni melakukan sebuah pembinaa pada kelompok-kelompok tani yang masih ada. Terkait dengan tanaman kakao dan porang ini, merupakan suatu komoditas yang bisa hidup atau tumbuh secara berdampingan. “Yang mana, kakao sebagai tananam pelindung. Kemudian tanaman porang yang ada di bawah sebagai tega-an. Jadi, inilah yang kita berikan kepada kelompok-kelompok tani untuk sosialisasi di lapangan. Disamping itu kita juga memberikan materi bahwa dengan mengelola tananam kakao dan porang, maka petani kita dalam pemberdayaan ekonominya akan lebih mantab,” urainya, lagi.

Menurutnya kakao merupakan tanaman yang bisa menghasilkan secara rutin, baik mingguan ataupun bulanan. Hasil dari kakao inilah, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi sehari-hari. Sedangkan untuk tanaman porang, inilah merupakan sumber penghasilan tahunan yang dapat diperoleh para petani. Hal itulah, langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Madiun. Selain itu, dinas juga mengidentifikasi serta mempersiapkan lokasi yang mana, bisa dikembangkan untuk tanaman kakao. Tentu lebih lanjut akan diklarifikasi, identifikasi yakni melalaui kegiatan prioritas nasional selingkar wilis.

“Itu, nanti akan kita tanami dengan tanaman kakao. Lahan mana yang masih bisa atau memungkinkan untuk di tanami, tentu akan kita tanami kakao. Demikian juga dengan tanaman kakao yang sudah tua, akan kita rehabilitasi dengan mengganti jenis atau menanam tananam yang baru. Sehingga dengan demikian produksi kakao kita yang ada di Kabupaten Madiun khusunya di selingkar wilis, insya allah kedepan akan lebih meningkat lagi,” tegas Parna, optimis.*Press Photo Tourism

error: