logo

Alasan Mengapa Solo Masuk UNESCO Creative Cities Network

Jumat, 26 April 2024

INDONESIA – Surakarta atau Kota Solo, Jawa Tengah terkenal sebagai pusat budaya Jawa yang masih terjaga dengan baik hingga saat ini. Banyak hal menarik berkaitan dengan budaya yang bisa Sobat Parekraf temukan saat jalan-jalan ke Kota Solo. Mulai dari kain batik dengan motif andalannya: Parang Kusumo dan Truntum, hingga pusat kebudayaan yang masih melestarikan tradisi turun-temurun.

Daya tarik tersebutlah yang akhirnya berhasil membawa Solo masuk dalam salah satu daftar UNESCO Creative Cities Network. ​Mengutip dari laman en.unesco.org, UNESCO Creative Cities Network (UCCN) atau Jaringan Kota Kreatif UNESCO dibentuk pada 2004 untuk mempromosikan kerja sama antara kota-kota yang menempatkan kreativitas sebagai faktor strategis dalam pembangunan urban yang berkelanjutan.

Secara keseluruhan, saat ini UNESCO Creative Cities Network telah mencakup 350 kota dari 100 negara yang mewakili tujuh bidang kreatif, di antaranya adalah Kerajinan dan Seni Rakyat, Desain, Film, Gastronomi, Sastra, Seni Media, hingga Musik.

Keberhasilan Kota Solo masuk dalam jajaran UNESCO Creative Cities Network tidak didapatkan dengan mudah. Mengingat, ini adalah percobaan ketiga Kota Solo untuk masuk ke dalam daftar UCCN, setelah sebelumnya sempat dua kali gagal seleksi sejak 2017.

Keberhasilan ini menjadikan Kota Solo sebagai satu di antara 55 kota yang turut sukses masuk menjadi anggota baru UNESCO Creative Cities Network di bidang kerajinan dan kesenian rakyat (folk art and crafts).

Masuknya Kota Solo dalam daftar UNESCO Creative Cities Network menjadi langkah yang sangat baik bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sebab, pengakuan dari UNESCO tersebut dapat membuka peluang usaha dan lapangan kerja, sekaligus meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota Solo, khususnya para pelaku industri kreatif.

Kunci Keberhasilan Kota Solo Masuk UCCN

Seperti sudah disinggung di awal, keberhasilan Kota Solo masuk dalam daftar UNESCO Creative Cities Network memerlukan usaha yang cukup panjang. Pada 2023, selain Kota Solo sebenarnya ada empat Kota/Kabupaten lainnya di Indonesia yang turut mengajukan diri untuk masuk dalam daftar UNESCO Creative Cities Network.

Daftar Kota/Kabupaten yang mengajukan diri masuk dalam nominasi UNESCO Creative Cities Network 2023 antara lain: Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (bidang folk art and crafts); Kota Salatiga, Jawa Tengah (bidang gastronomi); Kota Belitung, Kepulauan Bangka Belitung (bidang gastronomi); dan terakhir adalah Kota Solo, Jawa Tengah.

Terpilihnya Kota Solo sebagai UNESCO Creative Cities Network kategori kerajinan dan kesenian rakyat sebenarnya cukup masuk akal. Mengingat, Kota Solo terkenal dengan berbagai seni pertunjukan dan budaya yang sudah terkenal luas di kalangan wisatawan. Sebut saja salah satu event tahunan Solo International Performing Arts (SIPA) yang sukses meraih perhatian hingga tingkat internasional.

Selain itu ada beberapa event budaya di Kota Solo yang menarik untuk disaksikan secara langsung, seperti Solo Menari, Solo Batik Carnival, Grebeg Sudiro, hingga Solo Keroncong Festival. Di sisi lain, terpilihnya Kota Solo sebagai UNESCO Creative Cities Network tidak bisa dipisahkan dari banyaknya tempat menonton seni pertunjukan yang sangat mencerminkan budaya Kota Solo. Mulai dari Taman Budaya Jawa Tengah, Pura Mangkunegaran, Taman Balekambang, hingga paling baru Lokananta.

Hingga saat ini, tempat-tempat tersebut masih rutin menggelar seni pertunjukan guna melestarikan kebudayaan lokal. Seperti pagelaran wayang orang, kethoprak, sendratari Ramayana, pertunjukan wayang kulit, hingga seni pertunjukan kontemporer.

Dengan berbagai alasan tersebut, tidak mengherankan jika Kota Solo berhasil masuk dalam jajaran UNESCO Creative Cities Network, bukan? Cover: Salah satu ikon wisata di Kota Solo, Pasar Gede (Shutterstock/Renhue).*(sumber:kemenparekraf.go.id)

error: