Jakarta, 17 Juni 2025 — Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf), Irene Umar, menghadiri Forum Diskusi Terpumpun (FGD) bertajuk “Dari Karya Seni ke Produk Inovatif” sebagai bagian dari persiapan program Inkubasi Seni Rupa (SERUIN), di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa, 17 Juni 2025.
FGD ini menjadi agenda awal penajaman strategi transformasi karya seni menjadi produk art merchandise (artmerch), dengan fokus pada orisinalitas, daya saing pasar, dan keberlanjutan produk.
“Melalui SERUIN, kami ingin membekali para seniman dengan keterampilan dan dukungan yang memungkinkan karya mereka masuk ke dalam pasar yang lebih luas, menjadi produk inovatif yang fungsional, estetis, dan punya daya saing global. Ini bagian dari visi kami untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai the new engine of growth,” kata Wamen Ekraf.
Program SERUIN diinisiasi oleh Direktorat Seni Rupa dan Seni Pertunjukan, Kementerian Ekraf, sebagai wadah strategis untuk mengembangkan kapasitas seniman agar karya mereka tak hanya hidup di ruang galeri, tetapi juga dapat hadir dalam kehidupan masyarakat.
“Seni bisa hadir dalam bentuk-bentuk sehari-hari yang menyentuh lebih banyak orang. Asal kita siapkan ekosistem dan infrastrukturnya,” tegas Wamen Ekraf.
FGD ini bertujuan merumuskan konsep artmerch yang konkret dan terarah, mendorong lahirnya ide-ide produk segar yang sesuai tren pasar, mengeksplorasi inovasi desain dan fungsi, serta memperkuat pemahaman kolektif terhadap aspek estetika, pasar, dan nilai ekonomi. Dalam konteks ini, artmerch dinilai sebagai salah satu jalur strategis untuk peningkatan daya saing ekraf secara global.
Dalam paparannya, Wamen Ekraf Irene Umar menekankan bahwa SERUIN harus mencermati sejumlah aspek krusial: pembagian royalti yang adil dan transparan, sistem penjualan terdigitalisasi yang menjaga privasi data, serta mekanisme distribusi yang inklusif dan berbasis perlindungan hak kekayaan intelektual (HAKI). Wamen Ekraf melihat peluang pemanfaatan teknologi—seperti platform online atau blockchain—untuk memperkuat model ini dan menggaransi benefit nyata bagi para seniman.
Dari sisi produksi, Kementerian Ekraf juga menyoroti tantangan ketersediaan bahan baku, khususnya produk seperti art toys, yang hingga kini masih sulit diakses di pasar dalam negeri. Isu ini menjadi salah satu pokok diskusi untuk mencari solusi regulatif maupun logistik demi keberlangsungan artmerch di Indonesia.
FGD ini turut diikuti para akademisi, seniman, pelaku industri, serta pemangku kepentingan kreatif dari Jakarta, Yogyakarta, dan Bali. Para ahli, pemerintah, dan seniman bersama-sama merumuskan sejumlah kriteria teknis untuk pelaku usaha artmerch, seperti: pengalaman berkarya minimal dua tahun, validasi kuratorial, segmentasi pasar yang jelas, model kolaborasi business-to-business, serta regulasi fee, royalti, dan skema pembagian keuntungan yang mengedepankan prinsip keadilan dan keberlanjutan.
Wamen Ekraf juga menekankan pentingnya langkah kecil yang konsisten sebagai bagian dari proses pembelajaran. “Salah itu manusiawi, lebih baik mencoba daripada diam menunggu,” ujar Wamen Ekraf.
Wamen Ekraf mencontohkan bagaimana ilustrator lokal yang awalnya muncul lewat Instagram kini karyanya tampil di mobil-mobil event nasional, dan akan dipromosikan ke Mandalika sebagai bentuk case study pendampingan yang nyata antara seni, publik, dan industri.
Seluruh hasil FGD ini akan difinalisasi dalam bentuk rumusan tertulis yang dibagikan kepada peserta sebagai panduan teknis untuk pelaksanaan program inkubasi artmerch SERUIN, yang akan dimulai di tiga kota percontohan: Jakarta, Yogyakarta, dan Bali.
Kegiatan ini mempertegas peran Kementerian Ekraf sebagai enabler dan fasilitator yang mengintegrasikan seni, teknologi, dan model bisnis. Dengan pendekatan ini, karya seni Indonesia berpotensi menjadi produk inovatif yang tidak hanya berdaya ekonomi, tetapi juga berdampak sosial secara nyata.
Turut mendampingi Wamen Ekraf dalam FGD, Deputi Bidang Kreativitas Budaya dan Desain, Yuke Sri Rahayu, Plt. Direktur Seni Rupa dan Seni Pertunjukann, Dadam Mahdar.
Turut hadir dalam FGD ini sejumlah tokoh penting di bidang seni dan industri kreatif, antara lain Kurator Independen sekaligus Akademisi Universitas Negeri Jakarta, Aprina Murwanti; Founder Museum of Toys, Deasy Varianti Sutanto; Co-Founder & Chief Commercial Officer INFIA Corporation, Andrey Noelfry Tarigan; Product Designer dan Akademisi Podomoro University, Aloysius Baskoro Junianto; Maestro Patung Indonesia, Dolorosa Sinaga; serta perwakilan sekaligus kurator dari Galeri Nasional, Djarot.*(sumber:ekraf.go.id)