logo

Menteri Ekraf Apresiasi Film Black Coffee Angkat Budaya Gayo di Industri Kreatif

Rabu, 13 Agustus 2025

Jakarta, 13 Agustus 2025 – Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) menegaskan komitmen dalam memberi dukungan terhadap film-film Indonesia yang mengangkat cerita, budaya, dan hiperlokal di industri kreatif. Salah satu film yang dianggap mengangkat nilai itu adalah film Black Coffee garapan Heart Pictures.

“Kami melihat film-film hiperlokal bisa dinikmati nasional dan bisa ikut serta ke festival internasional ke depan. Market segment dalam film Black Coffee ini sudah ada. Mudah-mudahan aspek komersil dari film dengan cerita sosial kemasyarakatan ini bisa kami dorong promosi ke mitra strategis Kementerian Ekraf,” ujar Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya saat menerima audiensi di Gedung Autograph Tower, Jakarta pada Rabu, 13 Agustus 2025.

Saat ini, film Black Coffee masih berada dalam proses pasca produksi dan akan mengeksplorasi sekaligus memperkenalkan keindahan budaya Gayo, lanskap alamnya, serta potret kehidupan para petani kopi. Film ini membawa semangat, harapan, dan perjuangan hidup sepasang suami istri tunanetra paruh baya yang tinggal di sebuah desa komunitas Gayo di Aceh Tengah. Mereka menjalani kehidupan sederhana sebagai petani kopi sambil menantikan kehadiran seorang anak.

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Ekraf Teuku Riefky menegaskan bahwa dukungan terhadap film Black Coffee merupakan bagian dari komersialisasi yang relevan terhadap ekonomi kreatif sebagai mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah.

Menteri Ekraf Teuku Riefky juga melihat Film Black Coffee memiliki potensi besar untuk kolaborasi karena film Indonesia ini turut mempromosikan ragam subsektor ekonomi kreatif dan pertumbuhan bisnis Provinsi Aceh, khususnya Takengon yang punya keindahan alam dan keunikan khas kopi Gayo. Apalagi Aceh masuk dalam 15 provinsi prioritas pengembangan ekonomi kreatif yang diarahkan oleh Presiden Prabowo.

“Film Black Coffee juga bisa dikoneksikan ke lembaga adat tertinggi di Aceh seperti Wali Nanggroe. Nanti, kami bisa buatkan surat rekomendasi supaya strategi yang disusun tak sebatas promosi film saja, tetapi juga promosi daerah Aceh Utara yang ingin menjadi Kabupaten Kreatif. Inilah bentuk dukungan yang siap kami kolaborasikan sehingga potensi dari tiap subsektor ekraf bisa makin dikenal luas,” ungkap Menteri Ekraf Teuku Riefky yang didampingi Direktur Film, Animasi, dan Video Doni Setiawan.

Dukungan dari Kementerian Ekraf bisa berperan dalam rantai nilai distribusi, terutama untuk ambil bagian dari proses promosi film Black Coffee sehingga meningkatkan optimisme Heart Pictures dalam memperkaya dinamika industri film Indonesia.

“Kementerian Ekraf itu subsektornya bukan hanya film, animasi, video, tapi juga kuliner, kriya, dan fesyen. Maka, kami akan mendukung proses komersialisasi seperti apa film Black Coffee yang berlandaskan budaya disentuh inovasi, sinematografi yang bagus, scriptwriting yang orisinal, dan harus kita tonjolkan minat publik yang paling menarik sehingga punya nilai ekonomis,” ungkap Staf Khusus Menteri Bidang Isu Strategis dan Antar Lembaga, Rian Syaf.

Proses produksi film Black Coffee yang mengambil latar 41 titik lokasi syuting juga memberdayakan masyarakat Aceh. Keterlibatan warga lokal itu sebagai kru dan pemeran pendukung dalam film ini.

“Bukan hanya mengangkat tradisi dan budaya masyarakat Gayo, Film Black Coffee juga mengangkat citra kopi Gayo dan petani dari Indonesia. Dari sisi kreatif industri dan perekonomian, kami harap proyek ini bisa membuka kolaborasi yang luas. Kami berharap banyak pihak yang dapat berkolaborasi, termasuk pengusaha-pengusaha Aceh atau pengusaha lokal dan bisa menembus market internasional,” ucap Herty Purba sebagai produser.

“Gayo itu indah. Gayo punya adat istiadat dan kebudayaan yang sangat kuat sehingga menjadi bagian dari Indonesia yang harus diketahui banyak orang, termasuk penonton mancanegara. Ini menjadi tugas kami sebagai sineas untuk membuat film tentang Gayo dengan cerita film yang sederhana dan kuat. Ada juga latar Gayo yang menampilkan budaya, pemandangan yang indah, dan kuliner yang luar biasa enaknya,” imbuh Jeremias Nyangoen sebagai director and scriptwriter Film Black Coffee.

“Gayo itu holistik. Bukan sekadar kulinernya, tapi culture membuat Gayo berbeda sehingga masyarakatnya lebih ekspresif. Film Black Coffee banyak value pelajaran kehidupan yang luar biasa dituangkan dengan sangat sederhana, tapi sangat kuat. Kita bisa lihat nanti ada serat-serat kehidupan dari Budaya Aceh yang lebih dramatik dan berkelas. Apalagi saya melihat bahwa film ini dibuat dengan spirit yang beda dan proses riset hampir 13 tahun,” imbuh Sha Ine Febriyanti sebagai pemeran utama wanita film Black Coffee.*(sumber:ekraf.go.id)

error: