MADIUN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Madiun melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Madiun melaksanakan kegiatan Bhakti Sosial Terpadu (BST) di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun.
Hadir dalam kegiatan itu yakni Bupati Madiun’ H. Ahmad Dawami, Ketua TP-PKK Kabupaten Madiun’ Penta Lianawati Ahmad Dawami, anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Madiun, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) serta unsur organisasi masyarakat.
Serangkaian kegiatan BST yang dilaksanakan ke-2 kalinya dalam tahun 2022 ini, di awali dengan pelaksanaan apel kesiapan yang dipimpin langsung oleh Bupati Madiun. Hadir sebagai peserta yakni personel TNI/Polri, dinas terkait, perangkat kec/desa serta masyarakat desa setempat. Seusai apel kesiapan dilanjutkan kegiatan kerja bakti di lingkungan desa setempat.
Tentu dengan adanya kegiatan BST yang dilaksanakan Bappeda Kabupaten Madiun ini, dimanfaatkan oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Desa Sidomulyo untuk menjajakan kuliner baik makanan dan minuman hasil olahan lokal. Selain itu, juga hasil kreatif dan inovasi masyarakat baik kalangan milenial/muda maupun dewasa.
Dalam kesempatan itu, para pelaku UMKM Desa Sidomulyo pun memanfaatkan momen itu yakni menempati beberapa tenda stand yang telah disediakan disepanjang jalur yang merupakan kawasan kegiatan untuk sarasehan BST malam hari.
Alfian CS (23), seorang pelaku UMKM yang menjual hasil racikan cairan Arrion untuk kebutuhan kendaraan mobil/motor mengaku dengan adanya kegiatan BST ini secara tidak langsung dapat membantu penjualan produk-produknya. Karena stand yang disiapkan penyelenggara BST ini, sangat bermanfaat untuk ajang pamer serta menjual produk hasil inovasi lokal asal Desa Sidomulyo kepada pengujung yang hadir di desanya itu.
Produk itu yakni cleanron pembersih kerak dan mesin kendaraan, interior cleaner pembersih interior kendaraan, lassron pembersih jamur dan kerak bodi kendaraan serta blackron penghitam bodi (kasar) kendaraan dan lainnya. Bahkan usaha yang dirintis sejak 2019 lalu bersama 6 orang temannya itu, juga sempat terkendala serta tersendat-sendat hingga terjadi vakum. Lalu usahanya dimulai lagi sekitar tahun 2021 sampai sekarang mulai berkembang.
“Untuk pemasaran masih secara online dan menggunakan media sosial (medsos). Alhamdulillah penjualan mulai dari bulan puasa, lebaran hingga setelah lebaran, pendapatan kotor sudah mencapai Rp100 juta lebih,” katanya saat ditemui di stand UMKM Desa Sidomulyo dalam kegiatan BST yang digelar Bappeda Kabupaten Madiun, Jum’at 25 nopember 2022.
Menurut dia dengan adanya makam leluhur Kyai Reksogati di desanya itu, dapat dipotensikan sebagai wisata riligi. Sehingga masyarakat dari luar yang berkunjung di makam sejarah itu, tentu akan menumbuhkan potensi perekonomian masyarakat dese setempat. Sebab, secara otomatis masyarakat yang tergabung dalam UMKM Desa Sidomulyo juga akan membuka usahanya disekitar atau diluar area makam tersebut.
“Mengingat para pengunjung atau peziarah yang datang dari luar daerah, terkadang juga butuh makan/minum, camilan dan kuliner tradisional ataupun cendera mata sebagai oleh-oleh khas Kabupaten Madiun. Untuk itu, perlu adanya perhatian serius dari pemerintah agar potensi wisata riligi di desa kami dapat terwujud. Sehingga lambat laun, bisa mengangkat perekonomian masyarakat atapun para pelaku UMKM di sini,” jelasnya.
Lain lagi disampaikan oleh Yatini (57), seorang penyanting batik tulis yang juga sebagai anggota UMKM Desa Sidomulyo. Sejak tahun 2013 lalu, ia bersama 11 orang temannya sudah mulai membatik sekian ratusan helai kain katun berwarna putih. Batik khas Desa Sidomulyo antara lain batik tulis, batik cap sidori, batik ikoprin, batik ikat dan batik jumput.
Namun untuk penjualannya di pasaran yang bagus adalah batik tulis, meski harga lebih mahal dari batik cap maupun jumput. Misalnya untuk harga batik tulis kain kantun Rp210.000 per lembar dengan ukuran lebar yaitu dua meter seperempat. Sedangkan batik biasa ukuran dua meteran seperti batik jumput Rp120.000 per lembar, batik sarung yang sudah jadi campur cap itu Rp150.000 per lembar.
“Untuk pemasarannya, kami masih kesulitan. Makanya kelompok kami hanya menunggu pesanan saja dari konsumen, baik dari dalam kota maupun luar daerah. Tanpa pesanan, ya kadang konsumen mau datang sendiri ke rumah-rumah anggota kelompok kami. Itupun hanya warga sekitar, baik tetangga maupun teman dari masing-maisng anggota kelompok UMKM,” ungkapnya.
Menurutnya kalau tidak membatik di rumah, mau kerja apalagi. Apalagi meski tidak ada pesanan, mereka menyempatkan waktu sejenak untuk menyanting di atas kain katun berwana putih itu. “Karena kalau batik tulis dikerjakan agak lama yaitu sekitar lima hari baru jadi. Sedang batik biasa/cap atau jumput, dikerjakan hanya satu hari sudah jadi,” tuturnya.
Ia berharap kepada pemerintah yakni terkait pemasaran hingga penjualan kain batik hasil karya kelompok UMKM Desa Sidomulyo, untuk dicarikan solusi yang pasti. Kedepannya, pemerintah lebih serius lagi untuk mengenalkan kain batik khas Kabupaten Madiun termasuk juga batik asal Desa Sidomulyo baik itu dalam kegiatan-kegiatan lokal maupun nasional.
Bahkan iven-iven seperti BST ataupun jenis promosi digital, maka lebih ditingkatkan lagi. Sehingga para pengrajin kain batik di Desa Sidomulyo tidak hanya menunggu konsumen yang datang ke rumah saja, tapi juga bisa berkesinambungan menjualnya di luar rumah ataupun desanya.
“Dengan adanya acara BST seperti ini sangat baik, tentunya juga sebagai ajang untuk promosi hingga menjual kepada para tamu yang datang di desa kami. Ya syukur-syukur, para tamu mau membeli kain batik hasil kreasi kami,” katanya, berharap.
Ririn (45), anggota UMKM Lestari dari Desa Sidomulyo yang mempunyai anggota 42 orang, mengaku selama ini kesulitan dari segi pemasaran hingga penjualan produk camilan/minuman hasil olahan lokal kelompoknya. Produk-produk itu antara lain sambel pecel, kripik pisang kepok, kripik tempe, kripik luntas, kripik kelor, kripik wortel, krupuk lumping dan masih banyak jenis olahan lokal lainnya.
Kelompok UMKM yang sudah berjalan selama tiga tahun dari 2019 lalu, hingga ini terus berkreasi dan inovasi dari bahan-bahan baku yang mudah didapat. Untuk itu, mereka berharap agar pemerintah dapat membatu sistem pemasaran produk-produknya masuk digital. Karena selama ini sistem pemasaran produk kelompoknya, masih mengikuti tren era sekarang yaitu media sosial atau medsos.
“Hanya saja kalau sistem pemasaran digital, kami belum mampu. Sehingga lebih banyak menggunakan medsos ataupun lewat stand-stand seperti ini. Termausk adanya kegiatan BST ini, tentu sangat membantu untuk pemasaran produk kami. Masyarakat yang datang, tadinya belum tau produk kami? Jadi tau, hingga mau membeli beberapa produk hasil olahan lokal kelompok kami,” tuturnya, lagi.
Ia menambahkan selain memproduksi camilan dan minuman dari buah-buahan, kelompoknya juga memproduksi olahan tradisional seperti jahe instans. Karena saat pandemi Covid-19, jahe hasil produksi kelompoknya mengalami peningkatan penjualan yang signifikan.
“Karena jahe, manfaatnya sangat bagus untuk ketahanan tubuh kita. Saat pandemi, kami terus memproduksi dengan harga yang sangat terjangkau. Alhamdulillah produk kami sangat direspon oleh masyarakat, baik dalam maupun luar daerah. Kami menjual produk jahe instans berat bersih 165 gram Rp15.000,” tedrangnya.*ly/pressphoto.id
Keterangan Foto : Terlihat kelompok UMKM Desa Sidomulyo saat menunjukan produk-produk yang dijajakan di stand dalam kegiatan BST yang ke-2 diselenggaraka oleh Bappeda Kabupaten Madiun dalam tahun 2022.*