logo

Agar Tetap Produksi Camilan Brem

Selasa, 7 September 2021

Keterangan Foto : Terlihat Aldino menata bungkusan berisi brem di toko miliknya.

MADIUN – Saat menyusuri kawasan sentral industri brem khas Kabupaten Madiun di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun dijumpai sejumlah orang yang mengenakan masker tengah’ menjemur potongan lempengan bersegi empat diatas hamparan anyaman bambu. Lempengen persegi empat berbagai ukuran itu, ternyata brem yang masih dalam proses pengeringan secara tradisional. Brem itu dijemur hingga menghasilkan kualitas baik, yakni sesuai standar makanan ringan atau camilan yang akan disajikan kepada konsumen melalui pasar bebas. Penjemuran brem biasanya dilakukan selama satu hari, namun jika cuacanya mendung bisa sampai dua hari. “Brem yang dijemur ini hasil masakan kemarin, karena baru ada pesanan dari beberapa toko yang menjual oleh-oleh khas. Sejak pandemi Covid-19 ini, kami jarang produksi brem. Kalau tidak ada order pesanan, ya kami tentu tidak berani produksi. Karena kalau produksi sistem spekulasi, maka modal yang ada ini kembalinya lambat,” kata Parti, seorang pengelola brem industri rumahan duta rasa, Selasa 07 September 2021.

Selain itu, kata dia, pengeluarannya pun banyak’ tapi pemasukan tidak ada sama sekali. Karena itulah dalam satu minggu, ia hanya bisa produksi satu kali masakan dengan jumlah bahan baku beras ketan 1 kwintal. Namun biasanya sebelum pandemi Covid-19, bisa produksi atau masak bahan baku beras ketan antara 1 sampai 1,5 kwintal per minggu. “Untuk penjualan brem, saya hanya melayani pesanan atau konsumen yang datang dari dalam kota saja. Itu pun dari pelanggan lama baik dari toko-toko penjual makanan khas Madiun. Selain itu, ada juga pesanan dari kantor instansi pemerintah/swasta untuk sajian rapat-rapat maupun warga lainnya sebagai oleh-oleh untuk sanak saudaranya yang ada di luar Madiun,” terangnya.

Hal sama juga disampaikan oleh Aldino, pengelola brem industri rumahan ‘rumah joglo. Untuk penjualan hasil produksinya saat ini, masih mengalami serupa yaitu seperti yang dialami oleh para pelaku usaha brem lainnya yang ada di kawasan sentral industri brem kaliabu. Di akuinya bahwa penjualan brem di pasar lokal hingga luar daerah Madiun seperti Bali, Kalimantan serta kota-kota lainnya masih terhambat. “Sejak pandemi Covid-19 ini, produksi brem kami mengalami penurunan drastis. Ini disebabkan masih sulitnya penjualan hasil produksi brem, baik dilokalan maupun luar daerah Madiun. Sehingga sangat mempengarui pembiayaan untuk produksi berkelanjutan,” jelasnya.

Untuk mempertahankan agar stok brem yang masih ada hingga target terjual, ia pun terus melakukan trobosan pemasaran dan promosi melalui media sosial baik facebook, whatsapp maupun instagram. Tujuan ini hanya semata’ tak lain untuk menjaring konsumen sebanyak-banyaknya, baik dari Madiun dan sekitarnya hingga daerah-dearh lainnya yang ada di Indonesia.  Meski demikian, ia juga selalu melakukan kontrol stok yang ada maupun prodak brem yang sangat laku di pasaran atau mudah terjual. Contohnya prodak brem standar misalnya lagi laris terjual, maka akan dilakukan tambahan produksi. Selain itu, juga menjaga prodak yang ada dan banyak disukai oleh konsumen. “Artinya, menjaga produksi jangan sampai kelebihan maupun kekurangan stok prodaknya. Saat ini dimasa pandemi Covid-19 untuk bisa produksi, kami hanya bisa menunggu pesanan dari pelanggan tetap maupun konsumen lainnya yang order brem,” tutur Aldino.

Ia mengakui sejak usaha yang dikelola bersama istrinya mengalami penurunan penjualan, seperti yang dirasakan oleh puluhan pelaku usaha brem lainnya di Desa Kaliabu? Maka harus menempuh jalur jemput order, dengan cara membangun promosi lewat medsos tersebut. Kali ini, ia hanya bisa produksi dari bahan baku beras ketan 90 kg per minggu. Padahal sebelum pandemi Covid-19 ini penjualan brem stabil, bahkan rata-rata dalam satu minggu mampu produksi antara 5-6 kali. “Tapi kali ini, hanya 4 kali produksi. Itupun hanya melayani pelanggan tetap dan pesanan dari konsumen yang terjaring dalam promosi di medson tersebut. Kami juga menyediakan stok brem berbagai rasa hingga totalnya 23 rasa. Namun yang jadi khas utama produksi kami, adalah brem rasa original. Tapi untuk rasa yang paling pavorit yaitu brem rasa babel gram, blu bery, grenti juga paling paforit juga setelah original,” paparanya.

Aldino serta puluhan pelaku usaha industri brem rumahan, tentunya juga berharap semoga pandemi Covid-19 ini segera perakhir. Sehingga sektor perekonomian khususnya pariwisata segera bangkit lagi. Karena pulihnya pariwisata, juga bangkitnya ekonomi masyarakat khususnya pelaku usaha makanan camilan brem khas Kabupaten Madiun. Untuk itu, ia berharap bagi masyarakat yang belum sadar terkait protokol kesehatan (Prokes) Covid-19 dan belum vaksin, maka segeralah mengikuti anjuran pemerintah. Hal ini, juga bagian untuk memutus mata rantai penyebaran maupun penularan Covid-19 yang melanda negeri tercinta ini. Dengan berakhirnya pandemi Covid-19, maka kedepan tentunya kita juga bersama-sama menginginkan kondisi tanah air ini segera pulih dan kembali ke new normal.

“Sekiranya masyarakat Kabupaten Madiun atau diluar sana, mari kita bersama-sama mengembalikan Indonesia sehat, jaya dan pulih lagi dari bahaya Covid-19. Lanjutkan perjuangan kita melawan Covid-19 dengan tetap disiplin 5M yaitu Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, Menjaga jarak, Membatasi mobilitas dan Menjauhi kerumunan. New normal, tentu bisa didapatkan bersama asal kita terus disiplin Prokes Covid-19,” ungkapnya.*Press Photo Tourism

error: