Jakarta, 10 Juni 2025 – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Irene Umar memaparkan peran strategis ekonomi kreatif sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah. Penekanan nomenklatur dinas ekonomi kreatif di daerah disebut Wamen Ekraf Irene penting sebagai kepanjangan tangan dari Kementerian Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf).
Hal itu disampaikan Wamen Ekraf Irene saat menjadi narasumber dalam podcast What Is Up, Indonesia? (WIUI) di Mad for Coffee, Cipete, Jakarta pada Selasa, 10 Juni 2025.
Wamen Ekraf Irene menjelaskan ekonomi kreatif sebagai kegiatan yang berbasis kreativitas dengan hasil yang memiliki nilai komersial sehingga menjadi pembeda dari kementerian lainnya karena Kementerian Ekraf fokus pada pengembangan potensi ide, budaya, dan inovasi sebagai sumber pertumbuhan ekonomi nasional yang dimulai dari daerah.
“Kami sering menyebut sebagai subject matter expert dengan 17 subsektor ekonomi kreatif, mulai dari kuliner, kriya, hingga aplikasi dan pengembangan permainan,” ujar Wamen Ekraf Irene dalam podcast tersebut.
Untuk itu Wamen Ekraf Irene menekankan pentingnya kehadiran dinas ekonomi kreatif di tingkat daerah sebagai langkah konkret desentralisasi kebijakan. Menurutnya, saat ini sebagian besar aktivitas ekonomi kreatif masih terpusat di satu daerah padahal banyak daerah memiliki potensi besar yang belum tergarap maksimal.
“Untuk itu, pentingnya pemerintah daerah memiliki dinas ekonomi kreatif sendiri, bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi sebagai perpanjangan tangan Kementerian Ekraf untuk menghidupkan creative hub yang sudah dibangun. Kami akan bantu mengisi kontennya melalui berbagai program seperti Emak-Emak Matic, Gen Matic, dan lainnya,” lanjut Wamen Ekraf Irene.
Salah satu host podcast, Andovi da Lopez, mengapresiasi langkah tersebut. Ia menyoroti pentingnya fasilitas dan ruang produksi bagi kreator, khususnya podcaster.
“Tidak semua kreator punya akses ke tempat syuting dan peralatan seperti ini. Padahal biaya produksi adalah salah satu hambatan terbesar dalam berkarya,” ucap Andovi.
Abigail Limuria, host lainnya, turut menekankan perlunya pemerataan fasilitas dan dukungan di luar pusat-pusat kota. Ia berharap Kementerian Ekraf mampu menyelesaikan hambatan-hambatan yang dihadapi para pelaku kreatif di berbagai daerah.
“Talenta kita luar biasa. Yang dibutuhkan adalah ekosistem yang memfasilitasi mereka agar bisa fokus pada proses kreatif tanpa terbebani urusan teknis dan logistik,” ujarnya.
WIUI sendiri merupakan platform media independen yang bertujuan menjembatani pemahaman isu sosial-politik Indonesia bagi generasi muda yang lebih akrab dengan bahasa Inggris. Melalui pendekatan konten berbasis fakta yang dikemas secara ringan, WIUI menjadi kanal dialog yang inklusif bagi anak muda urban.*(sumber:ekraf.go.id)