logo

Bau Nyale, Storynomics Tourism Melegenda dari Mandalika

Sabtu, 5 Oktober 2024

INDONESIA – Sebagai satu dari lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP), Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki banyak pesona yang sukses menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara. Satu di antaranya adalah terpilihnya kawasan Mandalika sebagai salah satu destinasi sport tourism kelas dunia, dan menjadi tuan rumah event balap internasional, MotoGP 2024 pada 27-29 September 2024.

Terpilihnya Mandalika sebagai tuan rumah balap internasional tersebut untuk ketiga kalinya tidak dapat dipisahkan dari adanya Mandalika International Street Circuit yang turut ditunjang dengan keindahan alam yang ada di sekelilingnya. Baik itu kehadiran pantai berpasir putih yang indah, seperti Pantai Mandalika dan Pantai Kuta, Bukit Merese yang menjadi spot terbaik menikmati sunset di Mandalika, serta melihat kearifan lokal Suku Sasak di Desa Wisata Sade.

Meski begitu, popularitas Mandalika tidak melulu karena event balap kelas dunia dan keindahan alamnya saja. Kalau diselami lebih mendalam, daya tarik Mandalika juga bisa dilihat dari sisi budaya dan tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun, seperti legenda Bau Nyale yang konon menjadi cikal bakal lahirnya kawasan Mandalika.

Legenda Putri Mandalika

Ternyata, nama “Mandalika” bukan sembarang nama. Berdasarkan legenda yang dipercaya masyarakat lokal, nama Mandalika diambil dari legenda Suku Sasak tentang Putri Mandalika, yang menarik dijadikan storynomic tourism. Lantas, apa kaitan antara Putri Mandalika dengan nama “Mandalika” yang kini menjadi kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas?

Menurut masyarakat lokal, ada sepasang raja dan ratu dari sebuah kerajaan melahirkan seorang putri berparas cantik bernama Putri Mandalika. Saking cantiknya, banyak pria dari kerajaan lain yang tertarik ingin mempersuntingnya. Karena bingung, Putri Mandalika bertapa mencari petunjuk, dan akhirnya mengundang seluruh pangeran untuk berkumpul pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak di Pantai Seger untuk memberi tahu keputusan yang diambilnya.

Kala itu, Putri Mandalika mengatakan jika ia menerima semua pinangan para pangeran. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah perselisihan. Di tengah para pangeran yang kebingungan, secara mengejutkan Putri Mandalika yang berdiri di atas sebuah batu menjatuhkan dirinya ke arah laut. Tentunya hal ini membuat para pangeran bingung dan berusaha menyelamatkan sang putri. Namun, Putri Mandalika tidak bisa ditemukan karena telah hanyut terbawa ombak.

Uniknya, saat pencarian tersebut, secara tiba-tiba muncul banyak binatang kecil yang menyerupai cacing warna-warni, atau dikenal dengan sebutan “nyale”. Berawal dari sinilah akhirnya warga lokal mempercayai nyale merupakan jelmaan Putri Mandalika yang berupaya menjaga kedamaian dan keharmonisan di kawasan tersebut.

Makna Legenda Bau Nyale di Mandalika

Pilihan “ekstrem” yang dipilih Putri Mandalika menjadi sebuah kenangan mendalam bagi masyarakat Suku Sasak. Untuk mengenang sang putri, masyarakat Suku Sasak rutin mengadakan Upacara Bau Nyale. Tradisi ini dimulai dengan sangkep atau pertemuan para tokoh untuk menentukan hari baik: tanggal 20 bulan 10 kalender Sasak, yang dipercaya menjadi waktu keluarnya nyale. Bahkan, tradisi ini sudah menjadi festival tahunan yang dikenal dengan “Festival Bau Nyale”.

Festival Budaya Bau Nyale dilakukan masyarakat lokal dengan berkumpul di Pantai Seger pada sore hari, dan dilanjutkan dengan mengadakan peresean (berkemah) hingga tengah malam. Proses menangkap nyale atau cacing laut dilakukan pada dini hari hingga terbit fajar. Nantinya, nyale-nyale yang berhasil ditangkap akan dimasak dan disantap langsung oleh masyarakat lokal. Menurut kepercayaan, cara ini dilakukan sebagai bentuk cinta kasih kepada Putri Mandalika.

Dalam Festival Bau Nyale juga diisi dengan berbagai kesenian tradisional, seperti betandak (berbalas pantun), bejambik (pemberian cinderamata kepada kekasih), dan dilanjutkan dengan belancaran (pesiar dengan perahu). Tak hanya dengan menggelar Festival Bau Nyale, untuk menghormati pengorbanan sang putri, di kawasan Mandalika juga dibangun patung yang menggambarkan Putri Mandalika, Sob! Cover: Keindahan alam Mandalika dari ketinggian (Shutterstock/Hariadi Mahsyar).*(sumber:kemenparekraf.go.id)

error: